TagArchives: makrifat sholat 5 waktu. Makrifat Sifat Allah, Muara Segala Kebaikan. Muhammad ibnu Romli 23 September 2020 Aswaja, 5 November 2021; Syariat Nabi Muhammad Sudah Final 5 November 2021; Orang Mati Mengetahui Keadaan Kita? 4 November 2021; Beda Mukjizat Beda Potensi
Artinya "Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'". (QS. Al-Baqarah: 43). Sholat 5 waktu wajib hukumnya. Foto: iStock. Sholat 5 waktu juga sudah
Setelahtadi kita melanjutkan aktivitas selepas istrahat, Allah juga tidak mengganggu kita sampai waktu kita menyelesaikan aktivitas/pekerjaan kita. Maka jangan berat hati juga jika Allah meminta waktu kita untuk sholat Ashar. 4. Magrib Dan ketika kita telah sampai dirumah dan berkumpul bersama keluarga di waktu magrib.
SyekhSulaiman Al-Bujairimi menyebutkan hikmah di balik keringanan dan pengurangan waktu shalat dari 50 ke lima waktu shalat dalam sehari semalam pada malam Isra' dan Mi'raj. Al-Bujairimi mencoba memancing dengan pertanyaan, "Bukankah Allah sudah tahu bahwa kewajiban shalat pada akhirnya berjumlah lima waktu.
Syariat adalah saat Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk mengerjakan sholat 5 waktu ketika isra' mikraj yang merupakan puncak pendakian tertinggi yang harus dilaksanakan oleh umat muslim. Munculnya istilah Tarekat, Hakikat, dan Makrifat dalam akademisi kajian Islam jauh setelah wafatnya Rosulullah SAW sekitar abad 5 Hijriyah.
ACeVQFM. – Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi solusi atau aturan-aturan untuk penyelesaian masalah dalam kehidupan oleh sebagian umat Islam, Syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna untuk seluruh permasalahan hidup Manusia didunia ini. Sumber Syariat adalah Al-Qur’an dan dari kata Tariqah Arab berarti “jalan” atau “metode”, dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme/mistisme Islam. Jadi, Tarekat adalah suatu cara/ajaran tertentu untuk lebih mengenal Haqiqat adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Hakikat berasal dari kata hak al-Haq yang berarti milik kepunyaan atau benar kebenaran.Kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan sebagai istilah untuk ALLAH sebagai pokok sumber dari segala kebenaran, sedangkan yang berlawanan dengan itu semua disebut batil yang tidak benar.Makrifat berarti pengetahuan yang hakiki tentang Ilahiyah. Setelah menjalankan Syari’at dengan benar maka akan masuk tahap Tarekat, kemudian mengenal Hakikat untuk mendapatkan Makrifatullah sehingga menjadi hamba yang selalu dekat dengan orang yang mengaku ber-Tarekat, ber-Hakikat dan ber-Makrifat harus berada didalam Syari’at. Seharusnya perjalan spritual berasal dari Makrifat yang berarti berpengetahuan meluas dalam memahami Islam baik dalam Al-Qur’an, Hadis, Usul Fiqih, Balaghoh, Ard, dan keluasan Makrifat, Manusia akan mendapat Hakikat Ilahiyah yang melahirkan gerakan Tarekat dan berujung pada inti Islam yang tidak lain afalah Syari’at seperti perjalan spiritual Nabi Muhammad SAW dimulai dari Makrifat, Tarekat, Hakikat dan akhirnya sampai pada Makrifat adalah bertemu dan mencairnya kebenaran yang hakiki, yang disimbolkan saat Nabi Muhammad SAW bertemu Malaikat Hakikat adalah saat Nabi Muhammad SAW mencoba untuk merenungkan berbagai perintah untuk Tarekat saat Nabi Muhammad SAW berjuang untuk menegakkan Syariat adalah saat Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk mengerjakan sholat 5 waktu ketika isra’ mikraj yang merupakan puncak pendakian tertinggi yang harus dilaksanakan oleh umat istilah Tarekat, Hakikat, dan Makrifat dalam akademisi kajian Islam jauh setelah wafatnya Rosulullah SAW sekitar abad 5 zaman Hujjatul Islam Syekh Imam Al-Ghazaly Asy-Syafi’i yang menyendiri dari kajian ilmiyah falsafah setelah menulis Tahafut al-Falasifah. Kemuadian Al-Ghazali menjadi Sufi Sejati dengan menulis kitab sufi Ihya Ulumuddin. Kemudian dunia Islam Timur Tengah tenggelam dalam sufi. Dan kemajuan Islam hanya didaerah Mongol, Turki, dan Spanyol yang diprakarsai Ibn seharusnya seorang muslim sejati mengkotak-kotakan Syari’ah, Tarekat, Hakekat dan Makrifat karena yang berkata demikian hanyalah orang yang tidak banyak mengetahui keilmuan Islam secara MakrifatSangat sulit menjelaskan Hakikat dan Makrifat kepada orang-orang yang mempelajari agama hanya pada tataran Syariat saja, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist akan tetapi tidak memiliki ruh dari pada Al-Qur’an itu Hakikat dari Al-Qur’an itu adalah Nur ALLAH yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dengan Nur itulah Rosulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari ALLAH tetaplah hapalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya rendah yang tidak akan mampu menjangkau Hakikat ALLAH. Otak itu Baharu sedangkan ALLAH itu adalah Qadim, maka sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada seseorang hanya belajar dari dalil dan mengharapkan bisa sampai kehadirat ALLAH dengan dalil tersebut, maka bisa dipastikan dia tidak akan sampai seseorang tidak sampai kehadirat-NYA, maka dia akan heran dengan ucapan dari orang-orang yang sudah Makrifat, misalnya seperti bisa berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rosulullah SAW dan bahkan melihat ALLAH yang hanya berkutat ditingkat Syariat akan menganggap semua itu hanya sebuah kebohongan dan akan menyanggahnya dengan mengumpulkan dalil-dalil untuk membantah ucapan para ahli Makrifat tersebut dengan dalil yang menurutnya terkadang dalil yang diberikan justru sangat mendukung ucapan para ahli Makrifat, tapi karena matahati-nya dibutakan oleh hawa nafsu, yang dalam Al-Qur’an disebuat Khatamallahu ala Qulubihim Tertutup mata hati mereka, itulah hijab yang menghalanginya menuju SAW menggambarkan Ilmu Hakikat dan Makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun”, artinya “Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rosulullah bersabda“Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seoranpun mengetahui kecuali para Ulama ALLAH. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa tidak berzikir kepada ALLAH”. Abu Abdir Rahman As-SalamyDidalam hadist tersebut jelas ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa ada sebagian ilmu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali para Ulama ALLAH, yaitu para Ulama yang selalu ber-dzikir kepada ALLAH dengan segala tersebut sangat indah laksana perhiasan dan tersimpan rapi, yaitu ilmu Thariqat yang didalamnya terdapat amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan kisah tentang pertemuan Nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir perjumpaan mereka membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk menjaga harta berupa emas yang tersimpan didalam rumah. Jika rumah tersebut dibiarkan ambruk maka emasnya akan dicuri oleh perampok, harta tersebut tidak lain adalah ilmu Hakikat dan Makrifat yang sangat tinggi nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu Syariat yang harus tetap dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadist Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut“Aku telah hafal dari Rosulullah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian Manusia yaitu ilmu Syariat, dan yang kedua adalah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada Manusia, yaitu ilmu yang seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian akan memotong leherku engkau menghalalkan darahku”. HR. ThabraniHadist di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang yang tidak senang dengan Ilmu Thariqat. Karena ilmu itu memang sangat rahasia, bahkan para sahabat Nabi saja tidak di izinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari Nabi izin itu diteruskan kepada Khalifah-nya, kemudian diteruskan kepada para Aulia ALLAH sampai saat ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang belum berbait zikir atau “disucikan” sebagaimana telah difirmankan dalam Al-Qur’an surat Al- orang-orang yang hanya ahli Syariat semata, sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu jenis kedua ini, yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah mereka ini memiliki I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut jelas di ingkari oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang pertama, artinya ilmu Thariqat itu intisari dari ilmu Syari’ karena itu, jika kita ingin mengerti Thariqat, Hakekat dan Ma’rifat secara mendalam maka sebaiknya berbai’at saja terlebih dahulu dengan Guru Mursyid Khalifah yang ahli dan diberi izin dengan taslim dan tafwidh serta ridho. Jadi tidak cukup hanya melihat tulisan dibuku-buku lalu mengingkari, bahkan mungkin mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli setiap peristiwa yang mewarnai kehidupan ini, seringkali kita tidak mampu atau tidak mau menangkap kehadiran ALLAH dengan segala sifat-sifat-NYA. Padahal sifat-sifat ALLAH sangat terkait erat dengan ayat-ayat kauniyah-NYA yang terhampar di atas muka ALLAH melalui ayat-ayat kauniyah-NYA memang ingin menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-NYA agar hamba-hamba-NYA senantiasa mawas diri, waspada dan berhati-hati dalam bertindak serta berperilaku agar tidak mengundang turunnya sifat Jalilah-NYA yang tidak akan mampu dibendung, apalagi dilawan oleh siapapun, dengan upaya dan sarana kekuatan apapun tanpa terkecuali, karena memang ALLAH satu-satunya pemilik kekuatan dan kekuasaan terhadap alam semesta dan seluruh pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an secara berurutan, terdapat paling tidak empat ayat yang menyebut sifat-sifat Jamilah dan Jalilah ALLAH secara Yang pertama, surah Al-Ma’idah [5]98 “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ALLAH amat berat siksa-NYA dan bahwa sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.- Yang kedua, pada akhir surah Al-An’am [6]165 “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.- Yang keetiga dalam surah Ar-Ra’d [13]6 “Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan datangnya siksa, sebelum mereka meminta kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan yang luas bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya”.- Yang keempat dalam surah Al-Hijr [15]49-50 “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih”.Pada masing-masing ayat di atas, ALLAH menampilkan Diri-NYA dengan dua sifat yang saling berlawanan, ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang yang merupakan esensi dari sifat Jamilah-NYA, namun pada saat yang sama ditegaskan juga bahwa ALLAH amat keras dan pedih siksaan-NYA yang merupakan cermin dari sifat Ibnu Abbas RA, seorang tokoh terkemuka tafsir dari kalangan sahabat, ayat-ayat tersebut merupakan ayat Al-Qur’an yang sangat diharapkan oleh seluruh hamba ALLAH SWT Arja’ Ayatin fi KitabiLlah. Karena menurut Ibnu Katsir, ayat-ayat ini akan melahirkan dua sikap yang benar secara seimbang dari hamba-hamba ALLAH yang beriman, yaitu sikap harap terhadap sifat-sifat Jamilah ALLAH dan sikap cemas serta khawatir akan ditimpa sifat Jalilah ALLAH Ar-Raja’ wal Khauf.Sementara Imam Al-Qurthubi memahami ayat tentang sifat-sifat ALLAH SWT semakna dengan hadits Rosulullah SAW yang menegaskan “Sekiranya seorang mukmin mengetahui apa yang ada di sisi ALLAH dari ancaman adzab-NYA, maka tidak ada seorangpun yang sangat berharap akan mendapat surga-NYA. Dan sekiranya seorang kafir mengetahui apa yang ada di sisi ALLAH dari rahmat-NYA, maka tidak ada seorangpun yang berputus asa dari rahmat-NYA”. HR. MuslimDalam konteks ini, Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, seorang tokoh tafsir berkebangsaan Mesir mengelompokkan sifat-sifat ALLAH yang banyak disebutkan oleh Al-Qur’an kedalam dua kategori, yaitu sifat-sifat Jamilah dan sifat-sifat sifat itu selalu disebutkan secara beriringan dan berdampingan. Tidak disebut sifat-sifat Jamilah ALLAH, melainkan akan disebut setelahnya sifat-sifat Jalilah-NYA, begitupula sebaliknya. Dan memang begitulah Sunnatul Qur’an selalu menyebutkan segala sesuatu secara berlawanan, antara surga dan neraka, kelompok yang dzalim dan kelompok yang baik, kebenaran dan kebathilan dan lain merupakan sebuah pilihan yang berada di tangan Manusia, karena Manusia telah dianugerahi kemampuan untuk memilih, tentu dengan konsekuensi dan pertanggung jawaban masing-masing.“Bukankah Kami telah memberikan kepada manusia dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, petunjuk dan kesesatan”. QS. Al-Balad 8-10Sifat Jalilah yang dimaksudkan oleh beliau adalah sifat-sifat yang menunjukkan kekuasaan, kehebatan, cepatnya perhitungan ALLAH dan kerasnya ancaman serta adzab ALLAH SWT yang akan melahirkan sifat Al-Khauf rasa takut, khawatir pada diri sifat Jamilah adalah sifat-sifat yang menampilkan ALLAH sebagai TUHAN Yang Maha Pengasih, Penyayang, Pengampun, Pemberi Rizki dan sifat-sifat lainnya yang memang sangat dinanti-nantikan kehadirannya oleh setiap hamba-NYA tanpa terkecuali. Dan jika dibuat perbandingan antara kedua sifat tersebut, maka sifat Jamilah ALLAH jelas lebih banyak dan dominan dibanding sifat yang benar terhadap kedua sifat ALLAH tersebut dapat ditemukan dalam sebuah hadits Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA. Anas menceritakan bahwa suatu hari Rosulullah bertakziah kepada seseorang yang akan meninggal Rosulullah bertanya kepada orang itu, “Bagaimana kamu mendapatkan dirimu sekarang?”, ia menjawab, “Aku dalam keadaan harap dan cemas”. Mendengar jawaban laki-laki itu, Rosulullah bersabda, “Tidaklah berkumpul dalam diri seseorang dua perasaan ini, melainkan ALLAH akan memberikan apa yang dia harapkan dan menenangkannya dari apa yang ia cemaskan”. HR. At Tirmidzi dan Nasa’iSahabat Abdullah bin Umar RA seperti dikisahkan oleh Ibnu Katsir yang memberikan kesaksian bahwa orang yang dimaksud oleh ayat-ayat di atas adalah Utsman bin Affan RA. Kesaksian Ibnu Umar tersebut terbukti dari pribadi Utsman bahwa ia termasuk sahabat yang paling banyak bacaan Al-Qur’an dan sholat Abu Ubaidah meriwayatkan bahwa Utsman terkadang mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an dalam satu rakaat dari sholat malamnya. Sungguh satu tingkat kewaspadaan hamba ALLAH yang tertinggi bahwa ia senantiasa khawatir dan cemas akan murka dan ancaman adzab ALLAH SWT dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pengabdian kepada-NYA. Disamping tetap mengharapkan rahmat ALLAH melalui amal peringatan dan cobaan ALLAH justru datang saat kita lalai, saat kita terpesona dengan tarikan dunia dan saat kita tidak menghiraukan ajaran-ajaran-NYA, agar kita semakin menyadari akan keberadaan sifat-sifat ALLAH yang Jalillah maupun yang Jamilah untuk selanjutnya perasaan harap dan cemas itu terimplementasi dalam kehidupan jadi saat ini ALLAH masih berkenan hadir dengan sifat Jamilah-NYA dalam kehidupan kita karena kasih sayang-NYA yang besar, namun tidak tertutup kemungkinan karena dosa dan kemaksiatan yang selalu mendominasi perilaku kita maka yang akan hadir justru sifat Jalilah ALLAH hanya akan muncul karena perbuatan Manusia sendiri karena sesungguhnya ALLAH Maha Pengasih dan Maha Penyayang. ALLAH menurunkan azabnya bukan tanpa sebab, tapi melalui sistem yang disebut hukum sebab sedikit informasi tentang pengertian Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar dunia spiritual dan supranatural, dapat dibaca pada artikel Harta Langit bermanfaatTerima kasih
Home Tausyiah Sabtu, 06 November 2021 - 2115 WIBloading... KH Yusuf Mansur, Dai yang juga Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Quran Tangerang. Foto/dok SINDOnews A A A KH Yusuf MansurPengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an TangerangTidak ada perbedaan tentang kewajiban sholat 5 waktu sehari semalam di kalangan orang-orang muslim. Kewajiban sholat 5 waktu ini pula adalah salah satu rukun dalam Islam dan diketahui oleh semua kalangan, sehingga tidak boleh ada satu pun muslim yang mengingkari kewajiban shalat tersebut. Allah berfirman dalam Al-Qur'anفَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا"Maka laksanakanlah shalat itu sebagaimana biasa. Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." QS. An Nisa' 103Ini berarti bahwa kewajiban shalat 5 waktu itu telah ditentukan waktu-waktunya. Lantas di ayat-ayat lain, Allah pun menerangkan waktu-waktu yang diwajibkan untuk shalat. Yaitu sebagaimana berikut1. Sholat Subuh disebutkan di QS. An Nur 582. Sholat Zuhur disebutkan di QS. Al Isra' 783. Sholat Ashar disebutkan di QS. Qaf 394. Sholat Maghrib disebutkan di QS. Hud 1145. Sholat Isya disebutkan di QS. An Nur 58Sebagaimana Abdullah bin 'Abbas ra juga pernah ditanya tentang keberadaan sholat 5 waktu di dalam Al-Qur' أَبِـي رَزِين، قَالَ سَأَلَ نَافِع بن الْأَزْرَقِ ابْنَ عَبَّـاسٍ هَلْ تَـجِدُ مِيْقَاتِ الصَّلَوَاتِ الْـخَمْسِ فِـي كِتَابِ اللهِ؟ قَالَ نَعَمْ { فَسُبْحانَ اللّهِ حِينَ تُـمْسُوْنَ } اَلْـمَغْرِبَ { وَحِينَ تُصْبِحُونَ } الْفَجْرَ { وَعَشِيًّا } الْعَصْرَ { وَحِينَ تُظْهِرُونَ } الظُّهْرَ، قَالَ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ. Dari Abu Razin, dia berkata Nafi' bin Azraq bertanya kepada Ibnu 'Abbas ra Apakah kamu menemukan ketentuan shalat 5 waktu disebutkan dalam Al Qur'an? Beliau menjawabYa [Maka bertasbihlah mensucikan Allah pada petang hari] Shalat Magrib. [dan pada pagi hari] Shalat Subuh. [Dan pada penghujung hari] Shalat Asar. [dan pada waktu zuhur] shalat Zuhur. QS. Ar Ruum 17-18. Beliau membaca ayat lagi [dan setelah shalat Isya. Itulah tiga aurat waktu bagi kamu] Shalat Isya. QS. An Nuur 58 Disebutkan juga dalam Riwayat lainعَنْ ابْنِ عَبَّـاسٍ، قَالَ جَمَعَتْ هَاتَانِ الْآيَتَانِ مَوَاقِـيْتَ الصَّلَاةِ { فَسُبْحانَ اللّهِ حِينَ تُـمْسُونَ } قَالَ اَلْـمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ { وَحِينَ تُصْبِحُونَ } الْفَجْرَ { وَعَشِيًّا } الْعَصْرَ { وَحِينَ تُظْهرُونَ } الظُّهْرَDari Ibnu 'Abbas beliau berkata Dua ayat ini, menghimpun seluruh waktu shalat wajib [Maka bertasbihlah mensucikan Allah pada petang hari] Dia berkata Maksudnya adalah Shalat Magrib dan Isya. [dan pada pagi hari] Shalat Subuh. [Dan pada penghujung hari] Shalat Asar. [dan pada waktu zuhur] shalat Zuhur. QS. Ar Ruum 17-18Disebutkan juga dalam Hadis shahih yang menguatkan hal ituرَوَى طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللّهِ، قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ، فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟ فَقَالَ لَا، إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَDiriwayatkan oleh Thalhah bin Ubaidillah, dia berkata Seseorang mendatangi Rasulullah SAW, dia bertanya tentang Islam. Lalu Rasulullah bersabda Sholat 5 waktu sehari semalam. Pria itu bertanya Apakah saya diwajibkan shalat selain itu? Nabi menjawab Tidak, kecuali sekedar sunnah. HR. Al-Bukhari 2678, dan Muslim 11 Baca Juga rhs ustaz yusuf mansur sholat sholat fardhu sholat 5 waktu yusuf mansur Artikel Terkini More 5 menit yang lalu 49 menit yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu
makrifat sholat 5 waktu